Senin, 20/11/2017 13:52 WIB

Tiga Musim Panen Harga Bawang Merah masih Murah Meriah

NOFI CANDRA: WUJUDKAN ATAU CABUT STATEMEN MENTERI PERTANIAN!

Nofi Candra bersama petani bawang di Sungai Nanam Alahan Panjang. (OBE)

Nofi Candra bersama petani bawang di Sungai Nanam Alahan Panjang. (OBE)

Alahan Panjang, sumbarsatu.com--Hampir setahun Menteri Pertanian menetapkan Kabupaten Solok sebagai lumbung bawang merah untuk Sumatera, namun harga bawang masih anjlok. Petani yang semula penuh harap menggarap lahan menanam bawang, semakin tak menentu nasibnya.

“Sekarang, barang (emas—red) yang kami kumpulkan sedikit-sedikit dulu juga sudah ludes untuk menyekolahkan anak. Harga bawang masih belum stabil juga. Sudah tiga kali panen ini kami merugi menanam bawang karena harga jual yang sangat rendah,” kata Eli, seorang petani bawang di Sungai Nanam Nagari Alahan Panjang, Minggu (19/11/2017).

Eli yang sedang memanen bawang bersama beberapa petani lainnya, masih ingat, Rabu sore, 28 Desember 2016 yang penuh harapan itu. Ketika itu, Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, datang ke Sungai Nanam, untuk menanam bawang bersama Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, dan Pemerintah Kabupaten Solok, sebagai tanda pengukuhan Kabupaten Solok sebagai lumbung bawang merah untuk Sumatera.

”Solok akan menjadi lumbung bawang merah untuk Sumatera,” ujar Menteri Pertanian, yang masih terngiang-ngiang di telinga Eli bersama petani lainnya.

Disebut sebagai lumbung bawang untuk Sumatera, bak angin surga bagi petani di Alahan Panjang tersebut. Maka, mulailah mereka menggarap lahannya menanam bawang. Menanam cabai, kol/lobak, kentang dan tomat, mereka tinggalkan sementara. Sebab, menanam bawang lebih memberi harapan.

Namun, angin surga yang mereka impikan tersebut tak kunjung datang. Harga bawang semakin anjlok, bahkan sulit untuk naik pada batas harga yang menguntungkan. Pada musim panen pertama mereka masih menaruh harapan, mana tahu musim tanam kedua bisa panen dengan harga tinggi. Sayangnya, kandas lagi. Hingga musim panen ketiga saat ini, harga masih di bawah Rp15.000.

“Kami dijanji-janjikan saja oleh pemerintah. Sudah tunggang-tunggik kami di ladang, harga bawang tidak naik juga. Jangankan akan berlaba, simpanan yang ada akhirnya termakan,” kata Syafni Zen, petani yang memanen bawang bersama Eli.

Persoalan harga bawang yang masih di bawah Rp15.000, ini juga membawa simalakama bagi toke yang akan menjual bawang tersebut ke luar Sumatera Barat. Seperti diakui Heru, salah seorang toke bawang di Sungai Nanam, yang menjual bawang ke Medan dan Palembang.

“Susah kita dibikinnya. Bayangkanlah, dengan harga berapa kita harus membeli ke petani. Dibeli dengan murah, kasihan. Karena mereka juga dunsanak kita. Kalau dibeli agak tinggi sedikit, kita pula yang tidak dapat untung,” kata anak muda yang menjual bawang rata-rata 13 ton seminggu ini.

Datangi Kantor Kementerian Pertanian

Persoalan harga bawang di Solok ini pernah disampaikan langsung ke Menteri Pertanian, melalui perwakilan petani bawang Alahan Panjang, Edwar Jamil dan Hafis, yang difasilitasi anggota DPD RI, Nofi Candra. Dalam pertemuan tersebut, Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, menyampaikan, sudah meminta Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk menindaklanjuti.

“Kami sudah minta ke Bulog, DPD juga nanti ke Bulog, agar ini ditindaklanjuti, sebagaimana konsensus kita, bahwa harga di bawah Rp15000, dan itu perintah bapak Presiden, kesepakatan kita para Menteri terkait, itu dibeli oleh pemerintah, yaitu diwakili oleh Bulog,” kata Amran, saat diwawancara wartawan usai pertemuan di Ragunan, Jakarta Selatan, Senin, 29 Mei 2017 tersebut.

“Intinya, bagaimana kita menjaga hal ini, karena ini adalah hal yang baik. Kita tidak mengimpor lagi. Kita sudah mengekspor bawang merah, yang dulunya kita mengimpor. Kita juga masih ingat, kalau Ramadan, biasanya harga fluktuasi. Tapi, harga sekarang baik, stabil. Kami sudah menduga, bahwa, petani posisi tertekan, sehingga kita harus bantu mereka. Dan, itu komitmen bapak Presiden,” lanjut Amran, didampingi Nofi Candra dan anggota DPD RI lainnya, serta Edwar Jamil.

Pertemuan tersebut, juga tidak memberi perubahan pada harga bawang. Hingga sekarang, sudah 6 bulan pula selepas Menteri Pertanian mengatakan untuk menindaklanjutinya, masih saja harga bawang berkisar Rp4000 hingga Rp12000. Hal ini membuat Edwar berang terhadap pemerintah yang tidak menepati janjinya.

“Sampai hari ini, harga tidak pernah stabil. Kami petani hanya menikmati janji dan janji pemerintah saja. Harga hanya berkisar Rp8000, bahkan dua bulan terakhir mencapai Rp4.000 dan Rp6.000. Mana lagi yang untuk kami. Ya, kalau memang pemerintah tidak sanggup, cabut saja statemennya. Atau perlu kami suarakan, bahwa, sebagai petani kita tidak usah saja percaya kepada pemerintah. Kan, tidak mungkin. Terlalu keras kita sebagai petani. Tapi usaha kita yang keras ini tidak diimbangi dengan apa yang dijanjikan pemerintah. Kalau jeritan hati, cukuplah. Hanya bukti yang kami tunggu sekarang,” ungkap Edwar.

Nofi Candra: Wujudkan atau Cabut Statemen Menteri Pertanian

Persoalan harga bawang yang berlarut-larut hingga tiga musim panen ini, membuat geram senator asal Sumatera Barat, Nofi Candra. Bahkan, ia mengingatkan pemerintah untuk mewujudkan janji mengatasi harga bawang ini, atau mencabut statemen Menteri Pertanian, bahwa, Kabupaten Solok sebagai lumbung bawang untuk Sumatera.

“Solusinya, pemerintah harus mewujudkan statemen Menteri Pertanian itu. Kalau tidak bisa, maka cabut statemen tersebut,” tegas Nofi, saat mengunjungi petani bawang di Sungai Nanam Alahan Panjang, Minggu (19/11) siang.

Menurut Nofi, akibat statemen Menteri Pertanian yang menjadikan Kabupaten Solok sebagai sentra atau lumbung bawang di Sumatera, para petani beralih menanam bawang semuanya. Sehingga, ketika harga anjlok mereka tidak memiliki pegangan hasil pertanian lainnya. Sebelumnya, di samping menanam bawang, para petani juga menanam kol/lobak, cabai, kentang, tomat, dan sebagainya. Sehingga, ketika harga bawang anjlok, mereka masih bisa dapat penghasilan dari tanaman lain tersebut.

Untuk itu, Nofi mendesak pemerintah berkoordinasi mengatasi persoalan harga bawang yang belum stabil ini.

“Kita sangat serius mengadvokasi petani. Karena itu kita mohon pada pemerintah untuk koordinasi, khususnya Bulog untuk ketahanan pangan di Indonesia,” pungkasnya. (SSC)

BACA JUGA